Arsip

KISI-KISI UAS & TKM GANJIL 2012 SMK CITRA MANDIRI


KISI-KISI  SOAL UAS & TKM GANJIL SMK CITRA MANDIRI 2012

Kisi-kisi soal UAS dan TKM Semester Ganjil SMK Citra Mandiri Jakarta 2012 silahkan download file dibawah ini :

KISI-KISI UAS GANJIL 2012

KISI – KISI TKM GANJIL 2012

Happy Studying and Good Luck!!!

Jangan lupa update terus informasi kegiatan sekolah di blog ini dan jangan lupa beri komentar dan like.

MUKILAS (Musyawarah Perwakilan Kelas) SMK Citra Mandiri Jakarta


Untitled-1

Musyawarah Perwakilan Kelas (MUKILAS) SMK CITRA MANDIRI JAKARTA

Musyawarah Perwakilan Kelas (MUKILAS) merupakan agenda musyawarah tahunan bagi aktifis sekolah. Kegiatan ini sebagai forum evaluasi kinerja OSIS selama kepengurusannya berlangsung. Berbagai pihak dilibatkan dalam kegiatan ini; diantaranya MPO (Majelis Pembina Organisasi terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pembina OSIS dan beberapa dewan guru), MPK (Majelis Perwakilan Kelas yang terdiri dari BPH Kelas), Pengurus OSIS dan Para Ketua BPH Ekskul yang ada.

SMK Citra Mandiri Jakarta sebagai sebuah lembaga pendidikan formal tentunya memiliki organisasi siswa yang dikenal dengan OSIS. OSIS sebagai satu-satunya organisasi yang sah di sekolah ini merupakan wadah aspirasi, kreasi dan aktifitas siswa. Selama setahun kepengurusan OSIS Masa Bhakti Tahun 2011-2012 yang dikomandani oleh sdr. Hendra Jaya Jauri ini tentunya banyak sekali program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, namun “tak ada gading yang tak retak : tak ada manusia yang sempurna” tentunya dalam perjalanan kepengurusan OSIS tersebut juga masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan beberapa program yang terlewatkan (tak terealisasi).

Denga Tema “Refleksi dan Regenerasi Kepengurusan OSIS 2012” tepat pada hari Sabtu/01 Desember 2012 Musyawarah Perwakilan Kelas ini telah dilaksanakan dengan lancar. Kegiatan tersebut diawali sambutan yang disampaikan oleh Bisri Musthofa, SS dan dilanjutkan dengan pembukaan yang langsung disampaikan oleh Majelis Pembina Organisasi dalam hal ini Drs. H. Ajuddin HS selaku Kepala Sekolah. Dengan dibukanya kegiatan tersebut secara resmi, maka mulailah Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan dengar pendapat olah peserta Mukilas. Dengan diadakannya MUKILAS tersebut diharapkan menjadi koreksi dan evaluasi bagi pengurus yang menjabat serta menjadi rekomendasi perbaikan OSIS di masa depan. Selain membahas tentang kinerja OSIS, dalam kegiatan tersebut pula dibahas tentang Bakal Calon OSIS sebagai regenerasi pucuk kepemimpinan OSIS mendatang.

Memang sama-sama kita maklum, adu argumen bahkan adu otot dalam rapat atau musyawarah kerap terjadi. Kondisi tersebut juga terjadi pada Mukilas tahun ini. Kritik banyak menghujani kepengurusan OSIS pada sesi tanya jawab & dengar pendapat di forum tersebut. Namun, itu semua bermuara demi kemajuan dan perbaikan OSIS di masa mendatang. Tak pelak, banjir interupsi terjadi ketika pembahasan tentang nama bakal calon OSIS dimunculkan. Beberapa nama yang diajukan diperdebatkan oleh beberapa peserta musyawarah yang menganggap beberapa nama yang diajukan tidak masuk kriteria dan tidak memenuhi persyaratan untuk dapat dicalonkan. Namun, pada akhirnya dilaksanakanlah voting untuk menghasilkan mufakat. Setelah melalui proses voting maka dihasilkan keputusan mufakat Bakal Calon OSIS sebanyak 8 orang; yakni Novi Kusuma Wardhani, Zauharotul Fauzah, Selviana Adistya, Fajar Sidik (A), Dina Pujianti, Fajar Sidik (B), M. Habibi, dan M. Hidayat. Dari kedelapan bakal calon tersebut, nantinya akan diseleksi dan di kerucutkan menjadi 6 calon presiden OSIS melalui tahapan Fit and Proper Test berupa test wawancara dan Test Minat Bakat.

“Sukses besar adalah kumpulan dari sukses-sukses kecil. Karena itu, untuk mencapai kesuksesan yang besar jangan sekali-kali meremehkan hal-hal kecil” demikian kata bijak  yang disampaikan oleh Bisri Musthofa, SS selaku Pembina OSIS mengutip dari Hary Tanoesoedibjo di akhir penutup kegiatan Mukilas tersebut.

Mudah-mudahan sukses yang telah dicapai oleh para pengurus OSIS Masa Bakti 2011-2012 ini dapat menjadikan cambuk untuk meraih kesuksesan yang lebih besar bagi penerus OSIS mendatang. Amin…!

FOTO SUASANA MUKILAS SMK CITRA MANDIRI JKT 2012

SUASANA MUKILAS SMK CITRA MANDIRI JKT 2012

SUASANA MUKILAS SMK CITRA MANDIRI JKT 2012

KETUA & WAKIL OSISMPKPARA SEKBIDSEKBID 1SEKBID 2SEKBID 3SEKBID 4SEKBID 5SEKBID 6SESI TANYA JAWAB MPK 1VOTING 2VOTING

IMG00275-20121201-1418

EKSKUL MTS – KEGIATAN MUHADHOROH DIHIDUPKAN KEMBALI..


Setelah sekian lama Kegiatan Ekstra Kurikuler MUHADHOROH mati suri… akhirnya kini dihidupkan kembali.
dimulai Hari Sabtu kemarin, Tanggal 24 Nopember 2012 bertepatan dengan tanggal 10 Muharrom 1434 H..
kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa MTs Ar-Rahmah.
Kagiatan ini dilaksanakan setiap bulannya pada minggu terakhir bertempat di Masjid Jami’ Ar-Riyadh..
adapun peserta yang ditugaskan untuk memberikan pidato adalah perwakilan dari masing-masing kelas sebanyak 1 orang perwakilan. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan minat dan bakat siswa dalam berpidato. pun banyak hal positif yang bisa diambil dalam kegiatan ini : melatih mental siswa untuk dapat berbicara di depan umum, melatih siswa untuk memiliki daya saing yang sehat dengan adu kecerdasan otak bukan otot (fastabiqul khoiroot).
adapun pembina dari kegiatan ekskul ini adalah Ust. Mukhlis S. Pd.I.
berikut foto-foto kegiatan tersebut…!!
"Peserta dari Kelas 7A"







RPP BAHASA INGGRIS


Hal hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan RPP dan Rancangan Pembelajaran bahasa Inggris SMP dan SMA
Posted by: aguswuryanto on: July 25, 2012

A. Pengantar
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu KD yang terdiri atas sejumlah indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Petunjuk Teknik Pengembangan RPP, Ditjen Pembinaan SMA, 2010). RPP dikembangkan dari silabus, dan silabus dikembangkan dari standar isi (SI) yang terdapat di dalam Permendiknas Nomor 22/2006.
Tidak ada format baku yang disepakati untuk digunakan di sekolah secara nasional. Masing-masing sekolah dapat menggunakan format yang berbeda. Hal itu dimungkinkan karena dengan otonomi yang dimilikinya, yang tercermin dari diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), masing-masing sekolah dapat mengembangakan RPP dengan format yang dianggapnya cocok. Format RPP di atas merupakan salah satu contoh.
Komponen RPP adalah (1) identitas, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) indikator, (5) materi ajar, (6) metode pembelajaran, (7) prosedur pembelajaran, (8) media pembelajaran, (9) sumber belajar, dan (10) penilaian.

B. Identitas
Identitas RPP meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, mata pela­jaran, keterampilan berbahasa, genre, topik, pertemun ke-, dan alokasi waktu. Pencantuman unsur keterampilan berbahasa, genre, dan topik adalah pilihan (optional) – boleh dicantumkan dan boleh tidak dicantumkan.
C. Standar Kompetensi
Standar kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemam­puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. SK diambil dari SI yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Jenis genre (report, narrative dan analytical exposition) dapat ditulis semua seperti dalam contoh RPP di atas karena pada bagian “identitas” sudah disebutkan jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada bagian “identitas” tidak disebutkan jenis genre-nya, pada bagian SK cukup ditulis salah satu jenis genre, yaitu analytical exposition agar pembaca tahu bahwa jenis genre yang dikembangkan adalah analytical exposition.

D. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar (KD) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter­tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe­tensi dalam suatu pelajaran. Sebagaimana SK, KD juga diambil dari SI yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Jenis genre (report, narrative dan analytical exposition) dapat ditulis semua seperti dalam contoh RPP di atas karena pada bagian “identitas” sudah disebutkan jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada bagian “identitas” tidak disebutkan jenis genre-nya, pada bagian SK cukup ditulis salah satu jenis genre, yaitu analytical exposition agar pembaca tahu bahwa jenis genre yang dikembangkan adalah analytical exposition.

E. Indikator
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan pengembangan materi ajar dan penilai­an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera­sional yang dapat diamati dan diukur. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
Rumusan indikator harus relevan dengan KD-nya;
Indikator harus dirumuskan dalam jumlah yang cukup untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi minimal dalam KD;
Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur;
Setiap satu rumusan indikator hanya memuat satu perilaku;
Rumusan indikator dibedakan dengan rumusan dalam penilaian.
Kesalahan umum yang sering dibuat oleh guru dalam merumuskan indikator (dari suatu kompetensi dasar) adalah sebagai berikut.
Rumusan indikator tidak relevan dengan rumusan kompetensi dasarnya;
Indikator dirumuskan secara tidak memadai dalam jumlah;
Rumusan indikator tidak terkait dengan kegiatan pembelajaran bahasa;
Terdapat lebih dari satu perilaku dalam satu rumusan indikator;
Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang tidak terukur;
Guru tidak dapat membedakan antara rumusan indikator dan bahasa evaluasi.
Berikut ini diberikan beberapa contoh indikator yang kurang tepat, yang dirumuskan oleh guru.
Memahami makna teks bacaan naratif (kata kerja yang tidak operasional dan tidak terukur);
Mengisi titik-titik dengan kata atau frasa yang tepat (bahasa evaluasi);
Menyebutkan dan menjelaskan makna ungkapan (mengandung dua perilaku);
Menyebutkan langkah-langkah membuat nasi goreng (di luar kegiatan bahasa);
Menjelaskan fungsi sosial teks deskriptif (kognitif teoretik).
Di bawah ini diberikan contoh rumusan indikator yang benar untuk empat keterampilan berbahasa, khususnya untuk teks monolog yang panjang (longer monologue texts). Untuk jenis teks lain, seperti teks interpersonal, teks transaksional, dan teks fngsional pendek, rumuan indikatornya (bisa) berbeda.
1. Listening
Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
Menentukan tujuan teks;
Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun tersurat;
Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
Menunjukkan respons yang tepat sesuai dengan tuntutan dalam teks;
Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan hubungan antar elemen dalam teks.
2. Reading
Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
Menentukan tujuan teks atau penulis;
Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun tersurat;
Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
Menjelaskan rujukan (reference) yang ada dalam teks;
Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan hubungan antar elemen dalam teks.
3. Speaking
State the main idea of the speech;
Provide supporting details of the topic/idea;
Use appropriate words, phrases, or utterences to express the idea;
Use certain language system (grammar) to make well-formed utterances;
Make use of appropriate cohesive devices to cretae a well-organized speech;
Use appropriate gestures to accomplish the purpose of the speech;
Perform acceptable pronunciation to express understandable utterences.
4. Writing
Express the main idea of the text;
Provide supporting details of the topic/idea;
Use appropriate words and phrases to express the idea;
Use certain language system (grammar) to make well-formed sentences;
Make use of appropriate cohesive devices to create a well-organized text;
Use appropriate mechanics to accomplish the purpose of the speech.
Indikator-indikator di atas tidak disusun secara acak (randomly arranged) melainkan disusun secara logis dengan mengikuti hukum alam (sunnatullah) yang didasarkan pada psikologi gestalt. Oleh karena itu, tidak logis (dan tidak direkomendasikan) apa bila ada guru menempatkan indikator nomor 3.g (pronunciation pada speaking) pada urutan pertama, menggantikan butir 3.a. (main idea).
Indikator dapat dirumuskan dengan mempertimbangkan minimal dua sumber praktis, yaitu keterampilan mikro/makro berbahasa (Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment:Principles and Classroom Prctice. New York: Longman, halaman 121-122, 142-143, 187-188, dan 221) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang dikeluarkan oleh pemerintah menjelang ujian nasional (UN), di samping mematuhi hakikat berbahasa yang terdapat dalam teori berbahasa mutakhir (dengan pendekatan komunikatif).

F. Materi Ajar
Secara umum materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro­sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe­tensi. Khusus dalam pembelajaran bahasa Inggris, materi ajar untuk keterampilan reseptif (listening dan reading) berbentuk teks yang diikuti dengan sejumlah exercises yang relevan dengan rumusan indikator. Untuk materi ajar bahasa yang bersifat produktif (speaking dan writing), materi ajar berupa the expected texs yang dibuat oleh guru atau yang diambil dari sumber tertentu, yang diikuti dengan langkah-langkah yang dilakukan untuk menghasilkan teks tersebut. Di samping itu, materi ajar juga memuat penjelasan teoretis secara singkat yang terkait dengan isi indikator kompetensi. Untuk reading comprehension, misalnya, materi juga memuat penjelasan tentang bagaimana cara menemukan main idea dalam suatu teks atau paragraf, menunjukkan reference dalam suatu teks, dan menjelaskan makna ungkapan dalam teks. Materi ajar tersebut hendaknya diambil dari berbagai sumber pembelajaran yang variatif dan up to date.
Materi ajar dapat ditempatkan langsung pada bagian “Materi Ajar” (bila volumenya tidak terlalu besar), tapi dapat pula ditempatkan pada lampiran tersendiri (bila volumenya terlalu besar) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari RPP. Pada bagian “Materi Ajar” disebutkan bahwa materi terlampir.
Kesalahan umum yang dibuat oleh para guru adalah sebagai berikut, khususnya untuk RPP reading. Pada bagian “Materi Ajar” guru menuliskan: (1) lihat LKS, atau (2) teks (recount), tanpa menunjukkan teks-nya, atau (3) teks (recount), dengan menunjukkan teks-nya tetapi tidak menyertakan exercisenya, atau (4) teks (recount), dengan menunjukkan teks-nya yang diikuti dengan sejumlah exercise tetapi tidak ada penjelasan tentang bagaimana exercise tersebut diselesaikan (penjelasan teoretis).

G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela­jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar melalui seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi­lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ­asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Lepas dari berbagai istilah yang berbeda-beda yang ada dalam literatur, seperti approach, method, technique, strategy, model, dan lain sebagainya, disarankan agar pada bagian “Metode Pembelajaran” guru menuliskan nama metode yang jumlahnya hanya satu, yang tidak bersifat terlalu umum (pendekatan komunikatif, misalnya) dan terlalu spesifik (tanya jawab, misalnya). Pemilihan “metode pembelajaran” hendaknya yang mengandung langkah-langkah tertentu, yang akan direalisasikn dalam bagaian “Prosedur Pembelajaran”. Contoh nama metode yang dimaksud antara lain adalah inquiry-based teaching, role play, jig-saw, focus group discussion, problem-based learning, dan project-based learning.
Kesalahan umum yang dibuat oleh guru pada bagian ini adalah menuliskan (1) nama “metode” yang terlalu umum, yang tidak memiliki langkah-langkah yang konkret – seperti communicative approach, contextual teaching and learning, dan cooperative learning; atau (2) nama “metode” yang terlalu spesifik, yang juga tidak mengimplikasikan adanya langkah-langkah pembelajaran – seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drilling, dan diskusi kelompok; atau (3) nama “metode” yang sebenarnya merupakan tahapan pembelajaran – seperti three phase technique.

H. Prosedur Pembelajaran
Pada bagian ini guru menuliskan prosedur pembelajaran yang pada umumnya terdiri atas tiga fase utama, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Fase pendahuluan dan penutup terdiri atas sejumlah langkah yang jenis dan jumlahnya relatif sama untuk hampir semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran (lihat contoh RPP pada bagian 1 di atas). Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul­an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Yang membedakan antara jenjang pendidikan satu dengan yang lain dan mata pelajaran satu dengan yang lain adalah pada kegiatan inti. Di dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa “Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuai­kan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela­jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Namun demikian, kegiatan inti harus mengakomodasi prinsip pembelajaran yang memberdayakan peserta didik. Dikatakan bahwa “Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem­belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me­motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi­tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Langkah-langkah dalam kegiatan inti hendaknya mencerminkan metode pembelajaran yang telah ditulis pada bagian “metode pembelajaran”. Sebagai ilustrasi, apabila metode yang dipilih adalah role play, langkah-langkah dalam kegiatan inti harus merupakan langkah-langkah dalam role play. Yang diperlukan oleh guru (juga oleh kita sebagai fasilitator) adalah memperkaya diri dengan pengetahuan tentang “metode-metode” pembelajaran tersebut.
Kesalahan umum yang terjadi saat ini adalah bahwa kegiatan inti terdiri atas tiga tahap pembelajaran yang disebut eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi tanpa memandang keterampilan berbahasa dan kompetensi yang hendak dikembangkan. Konon sumber kesalahan tersebut adalah “instruksi” para pengawas yang didasarkan pada Permendiknas No 41 Tahun 2007, yang sebenarnya tidak mewajibkan hal itu.
Dalam kaitannya dengan tahap-tahap pembelajaran dalam kegiatan inti (seperti eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), kita memiliki pengalaman, seperti “pre-reading, while-reading, dan post-reading”, “pattern, practice, production”, “exposure, generalization, reinforcement, application”. Bahkan saat ini kita juga memiliki “genre-based approach” yang terdiri atas tahapan “building knowledge of the field, modelling of the text, joint construction of the text, independent construction of the text”.

I. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dipilih dan digunakan untuk memperlancar jalannya pembelajaran. Contoh media pembelajaran adalah LCD projector, layar, netbook, gambar, foto, dan lain sebagainya. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan.

J. Sumber Belajar
Sumber belajar berupa referensi atau sumber lain yang menjadi rujukan pengembangan RPP. Disarankan bahwa sumber belajar bersifat variatif dalam jenis (materi cetak, materi rekaman, materi audio-visual, realia, dll.) dan up to date. Pemilihan sumber belajar disesuaiakan dengan kebutuhan.

K. Penilaian
Dalam konteks ini, ada dua macam penilaian, yaitu penilaian formatif (assessment for learning) dan penilaian sumatif (assessment of learning). Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Fungsinya adalah untuk (1) memonitor kemajuan belajar siswa, (2) memberikan feedback berdasarkan hasil monitoring tersebut, dan (3) mengoreksi kesalahan siswa, bila ada. Kegiatan-kegiatan pada butir (1) – (3) tersebut dipandu oleh “indikator” kompetensi pembelajaran. Teknik yang digunakan dapat berupa pengamatan, wawancara, unjuk kerja, portofolio, dan lain sebagainya. Penilaian formatif TIDAK HARUS menghasilkan angka/nilai. Bila guru menghendaki adanya angka/nilai, guru dapat melakukannya dengan menggunakan format anecdotal records. Pada pertemuan-pertemuan awal pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan jenis penilaian formatif ini.
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang dilaksanakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran oleh peserta didik, sebagaimana ditunjukkan dalam bagiaan “indikator”; dan oleh karena itu, target penilaian ini adalah diperolehnya indeks prestasi siswa yang berupa nilai. Teknik penilaian yang lazim digunakan adalah tes, yang diberikan paling tidak pada setiap akhir pembelajaran suatu KD.
Di dalam bagian “Penilaian”, guru hendaknya menuliskan butir-butir yang terkait dengan pelaksanaan penilaian, yang mencakupi minimal (1) jenis penilaian, (2) teknik penilaian, (3) alat penilaian – bila sumatif, (4) kunci jawaban – bila sumatif, dan (5) rubrik penilaian – bila sumatif.

REFERENSI

Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment:Principles and Classroom Prctice. New York: Longman.
Petunjuk Teknik Pengembangan RPP. 2010. Jakarta: Ditjen Pembinaan SMA, Ditjen Mandikdasmen, Kementrian Pendidikan nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Surakarta, 11 Agustus 2011

Sumber data : Materi PLPG Bahasa Inggris UMS tahun 2012

HORMATILAH GURUMU


Guru adalah insan yang sangat besar jasanya kepada kita semua. Sebut sahaja perkataan guru, cikgu, mursyid dan apa jua yang sama dengannya, pasti akan terbayang difikiran seseorang yang mengajar ilmu, menunjukkan kesalahan, memberi nasihat, latihan dan panduan.

Pendek kata mereka adalah insan yang menunjukkan kita sesuatu ilmu yang membuatkan kita yang asalnya tidak tahu, menjadi tahu. Tanpa guru siapalah kita pada hari ini. Jika kita bergelar doktor, peguam, jurutera dan saintis, itu semua adalah hasil daripada didikan guru-guru kita sejak kita tadika, sekolah dan universiti. Merekalah yang membentuk kita menjadi seperti sekarang.

Islam amat menitikberatkan adab seorang murid terhadap gurunya. Adalah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk hormat kepada guru meskipun mereka tidak lagi mengajar kita. Seorang guru sudah pasti mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang sesuatu bidang sehingga mampu mengajar orang lain. Oleh sebab itulah menghormati mereka adalah dituntut oleh syarak sebagaimana firman Allah S.W.T :

“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada “Ulil-Amri” (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu.” (An-Nisa’ :59)

Pernah diceritakan tentang Imam Syafie menghormati gurunya. Pada suatu hari, sedang beliau memberi kuliah kepada ribuan pelajar-pelajarnya, masuklah seorang badwi yang amat comot serta amat busuk sekali.

Melihat sahaja badwi itu masuk, Imam Syafie lantas berhenti daripada memberi kuliah dan mendekati badwi itu serta memeluknya dengan erat. Tergamam anak muridnya melihat perlakuan Imam Syafie itu. Selesai sahaja memberi kuliah, maka bertanyalah anak muridnya kepada Imam Syafie mengapa beliau memeluk badwi tersebut.

Imam Syafie berkata bahawa walaupun badwi itu busuk dan comot, tetapi badwi itu ialah gurunya. Sebab itu dia memeluk badwi tersebut sebagai cara menghormati guru. Makin terpegun pelajar-pelajarnya apabila diberitahu tentang badwi yang jahil itu menjadi guru Imam Syafie.

Jawab Imam Shafie ” Pada suatu hari, sedang aku menulis kitab fekah , aku mempunyai satu masalah iaitu bagaimanakan nak mengenali dan membezakan di antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang belum cukup umur. Lalu aku fikir tentu badwi tau kerana badwi banyak memelihara anjing untuk mengawal kambing-kambing mereka.

Aku pun bertanya hal tersebut kepada badwi yang ku peluk tadi. Badwi itu menerangkan bahawa anjing yang cukup umur mengangkat sebelah kaki belakang apabila kencing, manakala anjing yang tidak cukup umur tidak mengangkat kakinya bila kencing. Dengan panduan badwi itulah, maka aku dapat menyiapkan kitabku itu” Begitulah ceritanya. Walaupun terlalu sedikit jasa badwi itu kepadanya, Imam Shafie amat menghargainya dan menghormati sehingga menggelarnya guru.

Rasulullah s.a.w bersabda:
” Tidak termasuk umatku, orang yg tidak hormat orang tua, tidak mengasihi orang muda dan tidak mengiktiraf orang alim di antara kami.” (Riwayat Ahmad)

Kebelakangan ini, pelajar kurang mengambil berat soal hormat-menghormati dengan guru. Sudah menjadi sesuatu yang biasa bagi pelajar yang melawan guru malah ada yang berani mencederakan guru yang mengajarnya ilmu. Hal ini amat bercanggah dengan adab pelajar dalam Islam. Saidina Ali juga pernah berkata, “Barang siapa yang mengajar aku walaupun satu huruf maka dia adalah tuan kepada ku.” Tuan yang dimaksudkan oleh Saidina Ali adalah gurunya.

Terdapat banyak cara menghormati guru kita. Jika ilmuan terdahulu yang terkenal dengan ketokohan ilmunya menghormati guru mereka, maka mengapa kita yang tidak menjadi tokoh dan ilmuan berani melanggar adab berguru.

Adab ulama salaf dan ilmuan terdahulu dengan guru mereka ialah Mereka merendah diri terhadap ilmu dan guru dan sentiasa menurut perintah serta nasihat guru dan sentiasa meminta pendapat serta pandangan guru dalam setiap urusan mereka.

Mereka mentaati setiap arahan serta bimbingan guru umpama seorang pesakit yang tidak tahu apa-apa yang hanya mengikut arahan seorang doktor pakar yang mahir. Mereka juga sentiasa berkhidmat untuk guru-guru mereka dengan mengharapkan keredhaan dan balasan pahala serta kemuliaan di sisi Allah s.w.t.

Ulama terdahulu tidak pernah sama sekali menggelar guru mereka dengan nama yang buruk. Bahkan mereka juga tidak pernah memanggil guru dengan panggilan “engkau” dan “awak”. Al-Khatib berkata: Hendaklah dia berkata “Wahai guru, apakah pendapat kamu mengenai hal ini?” dan kata-kata seumpamanya. Dan tidak menggelarkannya dengan namanya kecuali disertakan dengan gelaran-gelaran yang menunjukkan penghormatan serta takzim kepadanya. Misalnya syeikh ataupun ustaz atau syeikh kami.

Mereka tidak sekali-kali berbantah-bantah ataupun berlawan cakap dengan guru. Sesungguhnya berbantah-bantah itu secara umumnya sudah merupakan suatu perbuatan yang keji dan terlarang, apatah lagi untuk berbantah-bantah dengan guru yang merupakan pembimbing serta qudwah. Perbuatan ini akan menjauhkan mereka sebagai pelajar daripada kebaikan dan merupakan penjerumus kepada kejahatan dan ianya adalah penyebab diharamkan ke atas mereka bermacam-macam bentuk kebaikan.

Jika mereka berhajat kepada guru mereka di luar waktu mengajar sedangkan guru tersebut sedang berehat ataupun tidur, maka guru itu tidak akan diganggu. Mereka akan menunggu sehingga guru tersebut terjaga dari tidur ataupun selesai dari berehat. Ibnu ‘Abbas r.a pernah mendatangi salah seorang daripada sahabat Rasulullah s.a.w untuk bertanya kepadanya mengenai suatu hadith. Lalu dikatakan kepadanya: Dia sedang tidur. Maka duduklah Ibnu ‘Abbas di muka pintu. Lalu dikatakan kepadanya: Tidak perlukah kita mengejutkannya? Ibnu ‘Abbas pun menjawab: Jangan.

Begitulah hormatnya ulama’ dan ilmuan Islam terdahulu. Disebabkan itulah mereka menjadi tokoh besar dan dihormati pula sehingga kini kerana mereka begitu menjaga adab dengan guru masing-masing. Semoga kita semua termasuk dalam kalangan mereka yang menghormati guru. insyaAllah.

SUMBER : I Luv Islam.com

“REFLEKSI TAHUN BARU HIJRIAH : 1 MUHARRAM 1434 H”


Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan, sebagian besar umat Islam saat ini lebih mengetahui Tahun Baru Masehi (1 Januari), ketimbang tanggal 1 Muharram (bulan Hijriyah) yang merupakan tahun baru umat Islam. Bahkan kalau ditanya urutan bulan Masehi dengan bulan Hijriyah, lebih hapal bulan Masehi.

Lebih dari itu, yang lebih menyesakkan dada, pemahaman serta pola pikir mengenai Tahun Baru Islam ini, telah meracuni generasi muda Islam dewasa ini. Sehingga tak terlalu berlebihan, ketika perayaan Tahun baru Islam yang jatuh pada tanggal 15 Nopember 2013 yang lalu, sebagian besar umat Islam hanya berdiam diri dan tidak melakukan sesuatu yang istimewa dalam peristiwa akbar tersebut.

Kondisi ini berbanding seratus delapan puluh derajat, bila dibandingkan ketika kedatangan Tahun Baru Masehi. Ribuan bahkan jutaan manusia seantoro dunia sibuk melakukan pesta pora menyambut pergantian tahun itu. Bahkan, berbagai acara turut memeriahkan kedatangan awal tahun itu yang sifatnya cenderung materialistis dan hedonis.

Terkait dengan kurang gregetnya penyambutan Tahun Baru Hijriyah itu, dalam kesempatan ini, kita ingin menggugah kembali kesadaran umat Islam, khususnya kalangan generasi muda, agar tidak sampai abai dan melupakan penyambutan Tahun Baru Islam.

Perlu disegarkan kembali ingatan kita, bahwa sejarah pergantian tahun dan hitungan tahun dalam Islam merupakan rangkaian sejarah penyebaran agama Islam dan perjuangan kaum muslimin. Kalender hijriyah adalah kalender Islam.

Penanggalan yang juga dipakai standar dalam penentuan waktu-waktu ibadah dalam Islam. Puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan, haji pada bulan Dzulhijjah, dan lain sebagainya. Sebenarnya, nama-nama bulan ini telah dipakai di zaman Rasulullah SAW. Maka kita pun mendapati firman Allah SWT terkait dengan perhitungan waktu dalam Hijriyah.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah saat menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum Musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya ; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang bertakwa. (QS At-Taubah : 36).

Selain itu, Tahun Baru Hijriyah terkait dengan kata Hijrah. Yakni, segenap umat Islam diserukan agar senantiasa dapat melakukan hijrah (berpindah), dari semua perilaku yang dilarang Allah, menuju amalan yang diperintahkanNya.

Selain itu, juga terdapat keharusan untuk berhijrah dari kehidupan yang kurang baik (miskin), menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kita berharap, kedatangan Tahun Baru Islam juga disemarakkan dan dijadikan ajang refleksi. Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1434 H.

 

Di nukil dari Harian Andalas terbitan 14 November 2012, ditulis ole Syahnan Harahap